Postingan

Cerpen Horor/Baur 2

Gambar
  ¹ Baagaman   Tiga bayangan manusia yang kini kaulihat sedang berjalan beriringan di antara pepohonan raksasa nun di sana tidak lain adalah bayangan tubuh kami bertiga. Di senja ini, di tengah hutan belantara ini kami bertujuan untuk mencari barang sejumput rezeki dari tangan Ilahi.   Kami adalah para penjelajah hutan sekaligus penebang kayu profesional. Pihak pemerintah boleh mengatai kami sebagai para penebang hutan ilegal, tetapi ingat satu hal. Perut para konglomerat itu menjadi buncit lantaran makan dari uang negara, sedangkan kami hanyalah sekelompok rakyat jelata yang kurus kering lantaran kerap mengalami kepayahan demi menghidupi negara. Catat itu baik-baik!   Ditambah, keahlian kami cuma ini. Tebang kayu, jual. Tebang lagi, jual lagi. Ini demi anak istri, Bung! Apa pun harus kami lakukan! Belum lagi istri-istri kami minta bedak gincu! Belum lagi anak-anak buah kami yang baru belajar jalan, mereka selalu butuh popok agar mereka tidak sampai kencing berak ...

Cerpen Horor/Baur 2

Gambar
  Sandah   Setelah menjalani masa pacaran selama empat bulan, akhirnya mantaplah hatiku meminang si dia. Singkat, kami pun segera melaksanakan resepsi pernikahan dan sekarang usia hubungan sah ini telah melewati masa satu tahun.   Aigis namanya. Dialah istriku tercinta, yang satu-satunya, yang tercantik, yang terbaik. Tidak ada wanita lain di hatiku selain dirinya seorang.   Tujuan seorang pria menikahi wanita idamannya jelas hanya demi membahagiakannya. Maka, begitu pun aku. Dengan tambahan bahwa memang dasarnya aku sudah cinta mati padanya.   Selama masa berumah tangga ini, aku merasa selalu dapat membahagiakan istriku. Namun, tidak dalam seminggu terakhir ini. Entah mengapa tak ada lagi sebaris senyum yang tergambar di wajahnya tatkala diri ini baru pulang kerja. Dan entah mengapa ia selalu saja sibuk sendiri dengan segala lamunannya yang tampaknya takkan ada ujungnya.   "Dik, kalau ada masalah, terbukalah padaku," pintaku di pagi hari ini, karena k...

Cerpen Horor/Baur 2

Gambar
  Kekal    Tahun 2001   "Kurasa jalannya ke sini," ujar salah seorang pria kepada rekannya.   "Kau yakin? Perhatikan mapnya, Bung!"   Mereka hanya berdua. Mereka berjalan beriringan melewati jalanan berbatu cadas. Saat ini mereka sedang bertualang, di dalam sebuah gua berlorong sempit yang celahnya hanya dapat memuat benda seukuran tubuh manusia. Keduanya sudah bertualang di sepanjang lorong gua ini sejak kemarin, namun belum jua melihat ujung perjalanan mereka.   Orang yang berjalan di depan merupakan seorang pria bertubuh sedang, berambut ikal, dan berkumis lebat. Sedangkan, pria yang satunya bertubuh lebih rendah rekan di depannya, berkulit gelap, dan ia mempunyai sepasang cambang yang tercukur rapi. Sebuah senter mini tampak dijepit di baju bagian dada kanan mereka masing-masing.   "Arif."   "Ya, jawab pria yang tertinggal di belakang.   "Katanya di gua ini banyak binatang buasnya."   "Oh, ya? Lantas binatang buas mana y...

Cerpen Misteri/Baur 2

Gambar
  DIA   Di sebuah tempat yang amat gelap muncullah setitik cahaya. Awalnya ia hanya setitik sinar yang redup, namun perlahan-lahan, tatkala cahaya itu mulai bergerak, barulah ia memancarkan sinarnya yang semakin lama semakin terang, bahkan sampai mengubah tempat yang tadinya gelap menjadi teramat benderang. Keluasan dan kelapangan ruangan ini pun bahkan tak mampu dijangkau mata.   Dia telah terjaga setelah lama diam, tanpa tidur. Mungkin sebelumnya Dia hanya berbaring sambil melamunkan sesuatu. Sebuah kehampaan itu datang kala Dia diapit oleh kesendirian.   Dia diam bukan berarti Dia tak mampu berbuat. Dia sudah banyak menjebloskan manusia berdosa ke neraka dan memasukkan ahli surga ke tempatnya. Benteng neraka yang terbuat dari ribuan lapis dinding titanium pun bahkan sampai jebol karena saking banyaknya para pembangkang yang Ia masukkan ke dalamnya. Maka, inilah saatnya ia harus kembali menulis ulang naskah kehidupan dalam semesta yang lebih baru. Tentunya cerit...

Cerpen Horor/Baur

Gambar
  Para Penjaga Makam   Namaku Calus, seorang anak biasa yang selama ini hidup dan berkembang di kampungku, Batu Tangga. Kalau kalian ingin bertemu denganku, kau cukup bertanya ke orang-orang di desa ini dengan menyebutkan namaku. Mereka pasti akan langsung menuntunmu kepadaku.   Sebuah amplop cokelat baru saja kuterima tadi siang dari seorang pria yang asing. Orang itu bersengaja tandang ke kediamanku yang selalu dalam lingkup rahmat Ilahi. Ketika kubuka perekat yang menempel pada penutup amplopnya, aku pun langsung dibuat tersenyum bahagia lantaran kudapati isi amplop itu ternyata bukanlah sebuah surat berisi pesan tinta hitam, melainkan berupa beberapa lembar uang sepuluh ribuan. Lantas kulirik seuntai nama seseorang yang tertulis di belakang amplop itu. Ya, tiga puluh ribu untuk Rohania binti Abu Barak. Easy money.   Uang di amplop itu bukan dikasih secara cuma-cuma, melainkan berisi tentang pesan kewajiban yang mesti kulaksanakan. Apa itu? Yakni tentang salat ...