Cerpen Misteri/Baur 2
DIA
Di sebuah tempat yang amat gelap muncullah setitik cahaya. Awalnya ia hanya setitik sinar yang redup, namun perlahan-lahan, tatkala cahaya itu mulai bergerak, barulah ia memancarkan sinarnya yang semakin lama semakin terang, bahkan sampai mengubah tempat yang tadinya gelap menjadi teramat benderang. Keluasan dan kelapangan ruangan ini pun bahkan tak mampu dijangkau mata.
Dia telah terjaga setelah lama diam, tanpa tidur. Mungkin sebelumnya Dia hanya berbaring sambil melamunkan sesuatu. Sebuah kehampaan itu datang kala Dia diapit oleh kesendirian.
Dia diam bukan berarti Dia tak mampu berbuat. Dia sudah banyak menjebloskan manusia berdosa ke neraka dan memasukkan ahli surga ke tempatnya. Benteng neraka yang terbuat dari ribuan lapis dinding titanium pun bahkan sampai jebol karena saking banyaknya para pembangkang yang Ia masukkan ke dalamnya. Maka, inilah saatnya ia harus kembali menulis ulang naskah kehidupan dalam semesta yang lebih baru. Tentunya cerita semesta kali ini harus lebih kompleks dan durasinya lebih panjang ketimbang cerita sebelumnya. Dramanya juga harus lebih menggeliat dan misterinya juga mesti diperkaya. Hal ini demi menunjukkan kebetapaluasnya pengetahuan-Nya.
Namun, semua itu takkan menjadi kenyataan jika kehidupan sebelumnya tidak dimusnahkan. Itu artinya, ganjaran pahala yang sedang dinikmati oleh para penghuni surga harus dihentikan dan segala tragedi penyiksaan yang tengah dialami para penduduk neraka sudah semestinya tidak dilangsungkan lagi. Intinya untuk saat ini, hanya Dia yang boleh ada di singgasana-Nya. Tidak dengan yang lain. Tidak satu pun!
Tetapi jika ditilik lagi, maka semua itu malah menyalahi janji-Nya. Dia Mahaagung beserta kalam-Nya. Maka tiada pilihan, dia harus mencukupkan semua hamba-Nya merasai nikmat dan siksa yang telah Ia janjikan. Perlu jutaan tahun? Tidak peduli. Yang penting wibawa-Nya sebagai Sang Pencipta tetap terjaga!
Dan ketika waktu itu telah tergenapi, lantas Dia benar-benar melakukannya! Kehidupan yang lampau telah Ia musnahkan dalam sekali hentakan! Semuanya tidak bersisa! Dan sekarang, tinggallah Dia seorang diri, dalam kegelapan, dalam waktu yang cukup lama, sampai Dia kembali tersadar, dan Dia mulai kembali merangkai ulang setiap adegan dalam cerita selanjutnya.
Saat Dia mengarangnya, Dia perlu dua tokoh utama yang saling bermusuhan. Siklus pro dan kontra antartokoh itu perlu agar cerita menjadi menarik untuk disimak, kalau perlu bagi semua kalangan, dan kalau perlu hingga akhir zaman!
Tokohnya telah Ia tentukan, termasuk namanya. Namun, ada dua hal yang perlu Ia persiapkan terlebih dahulu sebelum ia menulis lebih jauh. Kedua hal itu nantinya akan menjadi penunjang kelangsungan hidup semua benda ciptaan-Nya.
Jauh di sana, sebuah bintang raksasa yang sudah lama beredar di ruang angkasa tampaknya mulai memasuki masa-masa kehancuran. Dia sudah menelitinya dengan cermat dalam sebuah perhitungan matematika yang amat rumit dan panjang. Siklus kehidupan bintang itu, menurut-Nya, tidak kurang dari seratus tahun lagi. Dia hanya perlu bersabar sedikit lagi.
Hingga, kini, delapan puluh tujuh tahun telah berlalu. Karangan-Nya juga telah selesai. Dan tepat, bintang raksasa itu juga sudah memanas! Panasnya memancarkan suhu hingga juta-jutaan celsius! Dua tahun berikutnya garis orbitnya mulai tidak terkontrol lagi, kilat-kilat mulai menyambar, menjilat ke sana kemari, dan blar! Sebuah ledakan yang getarannya mampu mengguncangkan singgasana-Nya lantas terjadi! Dari sini elemen waktu mulai berjalan mundur! Sekepul asap muncul sesaat dan sekejap hilang ditelan ruang hampa. Suara menggelegar yang tadinya amat nyaring, kini telah mereda, diganti oleh sunyinya ruang hampa udara.
Bebatuan langit telah berhamburan dan saling bertabrakan seiring angin ledakan yang masih berupaya mendorong mereka sejauh mungkin dari titik ledakan tadi. Kelihatannya cahaya kemilau yang amat terang itu berlangsung cukup lama seraya terus-menerus menyemburkan jilatan api dan kilat yang ganas.
Bertahun-tahun, beribu tahun, atau bahkan berjuta-juta tahun lamanya Dia kembali menunggu pascaledakan bintang besar tadi. Sampai kepingan-kepingan bebatuan angkasa mulai mendingin, barulah Dia memulai sistem seleksi atas bintang yang sekiranya laik huni. Perhitungan yang amat akurat harus dilakukan mengingat siklus yang telah dirancang-Nya merupakan siklus kehidupan jangka panjang. Lupakan dulu masalah kiamat. Dia sedang tak berniat menghancurkan semesta ini lagi.
Ada jutaan bintang yang termasuk dalam daftar laik huni. Namun, Ia hanya perlu satu. Kehidupan yang hakiki sudah semestinya memang tunggal. Ia sudah menyeleksi bintang-bintang pilihannya, hingga akhirnya pilihannya hanya tertuju pada satu bintang mungil berwarna putih dominan karena masih tertutup salju.
Dia tidak ragu atas pilihannya. Sebelum lanjut dan sembari menunggu selesainya proses pendinginan bintang tersebut Dia pun mulai menciptakan para pembantu-Nya yang akan senantiasa mengabdi seutuhnya pada-Nya. Jumlah ciptaan-Nya untuk pertama kali ini mencapai ratus ribuan. Namun, dari sekian banyaknya ciptaan yang Dia buat, hanya ada empat sosok yang ukurannya paling besar. Keempat sosok itulah yang bertugas memanggul semesta.
Bintang terpilih pada akhirnya telah mendingin total. Kembang es yang masih mengeras kini hanya tertinggal di dua kutubnya, sementara sisanya telah mencair, menciptakan lautan yang dalam. Dari sinilah Dia mulai menciptakan kehidupan untuk pertama kalinya di atas sang bintang terpilih.
Dia bukanlah Sang Pencipta yang gegabah. Peraturannya, semua harus tercipta sesuai perkembangan yang ada atau tersedia dalam lingkup sang bintang, sehingga siapa pun makhluk berakal yang mencoba memikirkannya akan senantiasa mampu memperoleh pelajaran atas kemahakuasaan-Nya.
Makhluk pertama yang Dia ciptakan tentu saja masih berupa makhluk kecil tak kasat mata. Jumlahnya pun masih terbilang sedikit. Ini dilakukan demi mengetes kelaikhunian sang bintang terpilih sebelum Dia menerjunkan ciptaan-Nya yang jauh lebih besar dan lebih banyak jumlahnya. Dan, sepertinya hasil uji dari tes pertama ini cukup sukses, meskipun masih belum terlalu memuaskan-Nya.
Dia sudah belajar dari pengalamannya terdahulu, bahwa sistem perekosisteman yang baik tentu akan menunjang kelangsungan kehidupan yang baik pula. Penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan dan Dia juga masih diharuskan untuk bersabar menanti momen ekosistem yang jauh lebih stabil.
Dua juta tahun telah berlalu usai diterjunkannya bibit uji coba pertama sebelumnya di atas permukaan bintang terpilih. Rupanya Dia benar-benar sesosok pencipta yang sangat sabar! Kini seluruh semesta telah melewati masa akresinya masing-masing. Situasi benar-benar sudah pulih. Setiap bintang telah menciptakan bentuk bulat yang lebih sempurna dan memancarkan sinarnya sendiri.
Beberapa bintang juga mulai membentuk barisan seperti pola spiral, pipih bundar, atau bahkan pipih membundar dan lonjong. Dalam hal ini, Dia perlu menggerakkan kesemua bintang itu dalam gugusannya masing-masing sembari mencegahnya terlempar dari kubunya sendiri. Bagaimana caranya?
Pertama-tama, Dia perlu sebuah bintang raksasa dengan fusi nuklir terkuat untuk mengisi inti tiap gugusan. Bintang itu harusnya berukuran besar, setidaknya lebih besar ketimbang bintang yang mengelilinginya. Bintang itu juga perlu diberi kekuatan gaya tarik semu fleksibel, sementara gugusan itu sendiri perlu diberi penghalang tak kasat mata yang dapat membengkokkan cahaya sekalipun! Tetapi, hal itu sulit diterima akal, bukan? Tidak, yakni selama bintang raksasa itu masih memiliki massa yang lebih berat akibat fusinya, maka struktur kelengkungan ruang antardimensinya pasti dapat dipertahankan. Inilah matematika-Nya!
Maka, segeralah bintang-bintang raksasa di setiap pusat gugusan diberi-Nya sedikit cahaya, mengembangkannya dengan fusi, menciptakan panas api yang tiada tara, dan mulailah segala rumus matematika yang telah diperhitungkannya dengan amat teliti berjalan sesuai rancang skripsi-Nya.
Namun, ada hal yang sempat membuatnya takjub di sini. Dalam beberapa momentum yang kerap Ia saksikan sendiri di lapangan, sebuah bintang tiba-tiba bergerak cepat di lintasannya, lalu memipih, mengerut, lantas meledak dengan sendirinya akibat energi gravitasinya yang selalu mendorong keluar malah benar-benar mendorongnya terlalu kuat sehingga mengalahkan energi fusi inti bintang itu sendiri. Dari ledakan bintang yang malang itu pada akhirnya hanya menyisakan dua pilihan, satu, berakhir sebagai lubang hitam, dua, sebagai bintang mati yang beratnya dapat mencapai empat kali beratnya sebuah bintang raksasa pusat berfusi nuklir. Sampai di sini, maka cara kerja dunia yang tampak semakin penuh misteri ini sepertinya benar-benar sudah berkesesuaian akan keinginan-Nya.
Di sana, di dalam sebuah gugusan bintang yang mungil, Dia kembali melirik ke bintang terpilih yang tampak semakin elok dipandang. Warna biru tua yang bercampur dengan warna putih kapas itu sangat kontras, benderang bersinar di orbitnya. Sebuah kehidupan fase kedua kelihatannya sudah siap diterjunkan ke permukaannya.
Ia lalu menempatkan beberapa biji telur hewan dari hasil persilangan di tepian sungai. Dunia masih sunyi. Telur itu tetap aman di bawah eram induknya sampai tiba hari telur-telur itu menetes. Dia menunggu. Lalu, ketika saat itu datang, Dia menjadi amat girang. Sang induk yang masih berperan sebagai binatang perenang dan pemakan lumut bersegera pergi meninggalkan anak-anaknya yang telah berevolusi menjadi sekelompok hewan yang jauh lebih besar dan lebih ganas dari dugaannya. Sekawanan reptil berkaki empat pertama telah berhasil Ia ciptakan! Bentuk ciptaan-Nya ini mestinya dapat Ia pertahankan hingga waktu yang lama!
Tetapi, Ia masih belum puas! Terciptanya satu jenis hewan berbahaya rasanya kurang seru. Dunia ini perlu drama antarsatu kelompok dengan kelompok lainnya, sehingga kisah semakin berkembang dan karangan skripsinya tidak hanya sekadar hasil tulis tangan semata.
Dia meminta lebih! Namun, bukan berarti Ia harus mencapai semuanya dalam sekejap. Proses yang sistematis perlu didahulukan dari apa jua pun agar kehidupan menjadi setara bersama alat penopangnya. Maka untuk sementara, Ia harus menerima kenyataan ini, dengan garis bawah, kesabaran adalah kunci keindahan sebuah mahakarya.
Selain itu Ia juga perlu mencari-cari alasan lain demi tercapainya kehidupan fase ketiga di atas bintang terpilih. Namun, alasan itu perlu dipertimbangkan lagi, berulang kali, seratus tujuh keliling, sampai benar-benar pusing! Maka sementara Ia berpikir, ia terus mengamati perubahan yang terjadi pada struktur bintang terpilih. Perubahan itu meliputi pergeseran benua, meluasnya ladang samudera, terbentangnya gunung-gunung dan sahara, pula tumbuh serta berkembang biaknya flora dan fauna. Akibatnya ekosistem telah berjalan sempurna, menambah jumlah hewan ciptaan-Nya menjadi berkali-kali lipat. Ikan-ikan telah hidup tenang di dua jenis air berbeda. Burung-burung beterbangan riang di udara, bersiul, memanjat syukur pada-Nya atas kesempatan hidup yang telah Ia beri seadanya.
Dia bahagia. Dia ingin semua ini ditambah lagi. Tentunya dengan modifikasi yang lebih maju. Sebelum Ia melanjutkan jalan cerita dalam naskah, Ia perlu melakukan uji coba langsung di atas bintang terpilih. Sepasang hewan aneh pertama lantas Ia terjunkan begitu saja. Aneh? Ya. Sebab, kedua hewan ini dapat berjalan tegap menggunakan kedua kakinya, memiliki sepasang tangan untuk menangkap, dan istimewanya, keduanya dibekali otak yang cukup cerdas dibanding hewan lainnya.
Lama, dalam kurun dua puluh tahun kemudian, kedua hewan itu tiba jua di masa-masa pubertas. Mereka lalu berkawin, beranak pinak, dan mulai hidup berkelompok-kelompok. Mereka membangun rumah, menenun pakaian, dan membuat senjata.
Hewan-hewan ini selain aneh, juga unik. Unik karena mereka juga mampu menaklukkan hewan lainnya sekalipun ukurannya dua kali lebih besar dan lebih berat dari mereka. Intinya, yang jantan sama-sama memiliki stamina yang sangat kuat, sementara yang betina malah sebaliknya. Tetapi, di sinilah letak ketidaktepatannya, yang pada akhirnya, kurang dari seribu tahun kemudian keangkuhan, penindasan, dan kebejatan pun mulai merambah di segenap penjuru. Aksi amoral yang sangat gila segera mendominasi!
Puja dan puji syukur yang biasanya mereka ucapkan setiap pagi dan petang kini tak lagi terdengar! Aksi kriminalitas terjadi di mana-mana! Yang jantan mulai berani memerkosa para betina, tidak peduli korban adalah istri dari saudaranya sendiri! Bangunan-bangunan dan benteng-benteng dipertinggi, diperkukuh, dan dipersenjatai dengan alat-alat yang bisa membunuh sesama! Konflik yang tidak tertulis dalam naskah-Nya ini telah terjadi secara membabi buta! Permusuhan tercipta! Perang pun pecah! Kancah telah dibuka! Dimulai dari dua kubu yang saling bermusuhan sejak lama, disusul kemudian dengan kubu lain yang juga ingin membantu kubu favorit atau keluarganya. Maka, dalam sekali dua tanda, seluruh kubu lantas saling serang, saling bantai, saling bunuh!
Belum usai sampai di situ, hewan-hewan itu juga membantai hewan melata lainnya, menangkapnya, mengulitinya, lalu menjualnya ke sesama meraka. Akibatnya polulasi hewan yang selama ini menjadi sarana penyeimbang ekosistem dalam hitungan tahun saja memelesat runtuh secara signifikan. Keadaan di atas dataran maupun lautan sang bintang terpilih sungguh telah tercerai berai! Carut-marut tak keruan lagi!
Maka, akhirnya bintang terpilih yang dulunya biru memutih dan elok dipandang dalam sekejap telah berubah, memerah tertutup darah yang bercampur nanah. Jutaan bangkai pun berserakan di mana-mana. Bintang putih yang sebelumnya sempat ramai, kini mendadak kembali sunyi seperti pertama kali Ia menyeleksinya. Kehidupan memang dapat Ia jalankan di sini, namun kendala dan risiko yang harus dihadapinya begitu besar. Dia kini terdiam, terpatung, di antara rasa percaya atau tidak. Sebuah dilema besar kini menggaung di antara cahaya zat-Nya.
Setahu-Nya, belum ada sosok pengganggu, mengapa semua ini bisa terjadi? Lantas, apa dalangnya? Nafsukah?
Selesai.

Komentar
Posting Komentar